Sabtu, 21 Maret 2015

Family Story

Bercerita tentang keluarga, saya betapapun berwajah serupa arca benggala, kalau kata orang, cukup seram, namun perkara jodoh saya boleh berbangga. Istri saya, cantik tidak diwajah belaka, hatinya pun berpualam, bila tidak begitu, saya menikahinya mungkin hanya dalam angan.

"mi, kenapa sih ummi mau sama abi?" dalam satu kesempatan secara tidak sopan saya bertanya kepada istri saya, tidak sopan sebab saya mempertanyakan keindahan nasib bisa mempersuntingnya

"abi, kok tiba tiba nanya gitu?"

"ya, abi bingung aja, kok bisa ummi milih abi padahal cowok lain jauh lebih baik, ganteng, kaya dari pada abi" kawan apabila saudara memiliki wajah serupa arca benggala, dompet lebih sering berjuang dengan barisan pattimura, dan mohon maaf, memiliki kadar romantis sama seperti Ayahanda Romeo yang tidak mengerti cinta itu buta, tentu anda juga akan mempertanyakan perihal yang sama kepada pasangan saudara.

Istri saya, ditanya beigtu hanya diam, tercenung dia, menatap bingung namun agung, lalu pergi, mempersiapkan sarapan pagi, meninggalkan saya masih dengan tanda tanya yang berakar menggigit. Saya mengerti, istri saya apabila tidak menjawab pertanyaan saya, berarti ada dua kemungkinan yang mungkin ada, pertama dia tidak mau menyakiti hati yang bertanya dan kedua dia tidak mau menyakiti hatinya dengan memberi jawaban yang jauh dari kata jujur.

Jadi pagi itu kami berangkat kekantor masing masing dengan sibuk pada pikiran masing-masing.

"bang, aku ini bagusnya dimana sih?" saya tanyakan kepada seorang rekan kerja saya, pribadi orang ini selalu berusaha tidak mencederai hati dan perasaan orang lain. Siregar namanya, teguh betul dia memegang agama, sembahyang tak pernah alpa, puasanya sungguh sungguh, imannya aduhai, muslim yang betul taat pada rukun islam, iman dan akidah.

"kenapa Arham nanya gitu?" ujarnya sabar

"ya aku bingung aja bang, kok bisa gitu aku yang blangsak gini dapat istri yang baik, cantik, berbudi pekerti, taat hukum dan perundang-undangan"

"itulah namanya jodoh, itu sudah Tuhan yang atur, seperti contoh, Firaun aja yang kejam dan telengas, tapi istrinya baik, mau diangkatnya Nabi Musa alaihi salam menjadi anaknya, padahal kalau kita lihat sejarahnya, bagaimana kejamnya Firaun itu rasanya ga mungkin bisa dapat istri yang baik, ya kan?"

ujaran Bang Siregar serupa air dingin menyiram kepala saya, ternyata saya ini terpandang sebagai Firaun selama ini,

ah, kejam betul kenyataan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar